Nama jalan dan tempat di Semarang yang unik dan menarik

Jembatan Berok. Jembatan ini tidak sebesar jembatan Ampera, apalagi Jembatan Suramadu. Sangat pendek, namun sangat terkenal. Melintasi kali Semarang. Konon, nama berok berasal dari kata Belanda “Burg” yang artinya jembatan. Lidah orang Semarang tempo dulu sulit mengucapkan burg, jadilah brok, lalu menjadi berok seperti yang sudah kita kenal ini.

Cap Kau King (Tjap Khauw Khing) adalah nama sepenggal ruas jalan di Jalan Wotgandul Timur. Tidak banyak yang tahu mengapa dahulu jalan itu dinamakan demikian. Ada dua versi tentang penamaan Cap Kau King. Versi pertama mengatakan bahwa nama Cap Kau King adalah nama seorang tokoh Tionghoa di jaman Belanda. Pendapat ini kurang dipercaya, mengingat marga “Cap” bukanlah marga yang umum di kalangan Tionghoa saat itu. Versi kedua mengatakan bahwa Cap Kau King berasal dari bahasa Hokian yang artinya “Sembilan belas petak”.

Pendrikan. Nama pendrikan konon berasal dari nama Belanda, yaitu “Friedrich-an” , lagi-lagi lidah logat Jawa menyebabkan kata ini terpleset menjadi Pendrikan.

Kali Koping, kadang diucapkan jadi Kali Kuping. Adalah jalan di belakang jalan gang Pinggir.

Mranggen dari kata Meranggian

Nama-nama jalan yang diambil berdasarkan karakteristik : Jalan.Pedamaran: dahulu banyak orang berdagang damar (hasil getah pohon damar). Jagalan : ada tempat pemotongan hewan (Sapi, kambing dll), Telogo Bayem (di dekat jalan Pandanaran) karena dahulu berupa rawa-rawa dan banyak tanaman bayam.

Jalan yang diberi nama ikan, berada di dekat pantai ataupun pelabuhan, seperti Jalan Layur (dahulu Kampung Melayu), Jalan Kakap, Jalan Dorang, Jalan Petek, jalan Mujair. Banyak dari jalan daerah ini yang rob.

Jalan yang diberi nama burung, biasanya di daerah kota lama (sekitar Gereja Blenduk), seperti jalan Cenderawasih, Jalan Branjangan, jalan Kutilang.

Sedang nama-nama hewan darat banyak dipakai sebagai nama jalan di daerah Semarang Timur mulai dari Jalan Majapahit ke arah Mranggen, seperti jalan Zebra, jalan Kelinci, jalan Beruang.

Jalan dengan nama-nama gunung, berada di bagian “Semarang atas”, maksudnya sebelah selatan Semarang yang memang kontur tanahnya berbukit. Ada jalan Rinjani, jalan Muria, jalan Ungaran (menjuju Hotel Patrajasa), Jalan Dieng, jalan Bromo, jalan Kawi.

Dahulu ada sebuah ruas jalan di Ungaran, yang diberi nama Merakmati. Arti Merakmati bisa berarti “burung Merak yang mati” ataupun dalam bahasa Jawa “Moro/mendatangi kematian”. Secara kebetulan, di ruas jalan ini sering terjadi kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian.Nama ini kemudian diganti menjadi Jalan Soekarno-Hatta, karena banyaknya pihak keberatan dengan nama sebelumnya yang dinilai kurang baik artinya. Walaupun nama jalan raya sudah dirubah, tetapi nama desa masih menggunakan nama Merakmati.

Krajan, dari kata kerajaan (maksudnya tempat dimana kepala desa bertempat tinggal) banyak dipakai di belakang suatu nama tempat , misal Genuk Krajan, Wonodri Krajan, desa Krajan.

Milo, suatu istilah bagi tempat di sudut jalan perempatan jalan Dr.Cipto – Majapahit. Orang menyebut Milo karena dahulu di jaman Belanda di situ terdapat sekolah MULO ( diucapkan Milo).